Sabtu, 11 Februari 2012

haniwa (kuda)


haniwa (kuda)
Yang sangat menarik perhatian adalah patung haniwa dari tanah liat yang ditempatkan dengan teratur di sekeliling tumuli. Bentuk haniwa itu bermacam-macam. Biasanya berupa orang, binatang piaraan, perabot rumah dan perkakas dan dapat memberikan gambaran tentang kehidupan pada masa itu. Dari patung orang dapat ditarik kesimpulan bahwa orang laki-laki memakai hakama, semacam celana longgar dan perempuan memakai mo, semacam blus dan pada umumnya orang memakai baju yang berlengan sempit. Pakaian-pakaian itu lebih mirip pada pakaian barat modern dari pada kimono sekarang dan paling sedikitnya lebih praktis dan mudah dipakai dalam pekerjaan yang sibuk.
Agama Shinto berkembang. Kuil-kuil makin banyak didirikan. Dalam bentuknya yang asli peribadatan agama itu sangat sederhana. Agama itu terdiri dari pemujaan tenaga-tenaga alam, tidak mempunyai suatu sistem etika atau kesusilaan dan theologi atau ilmu ketuhanan, tidak menyebuttentang surga atau neraka. Dewa-dewa yang baik disebut kami dan jin atau setan disebut oni. Orang-orang yang berjasa dan pahlawan-pahlawan, setelah meninggal mencapai tingkatan kami dan dianggap sebagai demikian. Didalam kuil idak terdapat arca-arca dewa. Bentuk kuil juga sederhana. Di muka terdapat pintu gerbang yang disebut torii atau ada beberapa torii. Torii terdiri atas dua tiang yang ujungnya agak berdekatan satu sama lain, di atasnya dipasang dua buah balok melintang. Orang yang mau melakukan pemujaan dengan maksud meminta pertolongan dewa sebelum masuk ke dalam kuil mencuci muka dan tangannya dengan air suci. Sebuah lonceng dibunyikan untuk meminta perhatian dewa dan ia membungkukkan diri untuk memberi hormat. Setelah mempersembahkan sajian, diucapkanlah maksud kedatangannya. Setelah selesai ia membungkukkan diri untuk berpamitan.
Nama Shinto (jalan dewa) diberikan kepada agama itu, setelah di Jepang berkembang agama Buddha dan untuk membedakannya dari agama itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar